Ramadhan hanya datang sekali dalam setahun. Jangan biarkan Ramadhan berlalu sia-sia. Apa yang harus kita lakukan agar Ramadhan tahun ini lebih baik? Hindari 20 ciri gagal Ramadhan berikut ini dan terapkan 20 cara meraih sukses Ramadhan. Karena gagal merencanakan sama saja dengan merencanakan kegagalan..
20 Ciri Gagal Ramadhan
Berapa banyak orang yang berpuasa namun ia tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga.
--HR. Bukhari dan Muslim
Sebagai sebuah medan training (tarbiyah), Ramadhan punya indikator keberhasilan. Bagaimana mengukurnya? Yang paling mudah adalah dengan melihat ciri kegagalannya berikut ini.
1. Tidak mempersiapan diri semaksimal mungkin jauh hari sebelum Ramadhan.
Misalnya, tidak tumbuh keinginan melatih bangun malam dengan shalat tahajjud. Begitupun tidak melakukan puasa sunnah Sya'ban, sebagaimana telah disunnahkan Rasulullah Shallallaahu `alaihi wa sallam. Dalam hadits Bukhari dan Muslim, dari Aisyah Radhiallaahu `anha berkata, "Saya tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa sebulan penuh selain di bulan Ramadhan, dan saya tidak pernah melihat beliau banyak berpuasa selain di bulan Sya'ban."
Persiapan diri menjelang Ramadhan meliputi,
pertama, persiapan hati (al-isti'dad al-ruhiy) dengan kerinduan dan kegembiraan' menyambut kedatangannya serta dengan berdoa agar bisa dipanjangkan umur sampai ke Ramadhan.
Kedua, persiapan keilmuan (al-isti'dad al-fikriy) dengan menguasai ilmu dan hakikat Ramadhan.
Ketiga, persiapan fisik (al-isti'dad al jasadiy) dengan menjaga kesehatan dan membiasakan tubuh untuk berpuasa sunnah di bulan Sya'ban.
Keempat, persiapan logistik (al-isti'dad al-maliy) dengan menyiap bekal untuk sedekah. dan
kelima, kondisikan lingkungan.
2. Gampang mengulur shalat fardhu.
"Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan menemui kesesatan kecuali orang-orang yang bertaubat dan beramal shalih." (Maryam: 59)
“Celakalah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dalam shalatnya.” (Al-Ma’un: 4-5)
Menurut Sa’id bin Musayyab, yang dimaksud dengan tarkush-shalat (meninggalkan shalat) ialah tidak segera mendirikan shalat tepat pada waktunya. Misalnya menjalankan shalat zhuhur menjelang waktu ashar, ashar menjelang maghrib, shalat maghrib menjelang isya, shalat isya menjelang waktu subuh serta tidak segera shalat subuh hingga terbit matahari. Orang yang bershiyam Ramadhan sangat disiplin menjaga waktu shalat, karena nilainya setara dengan 70 kali shalat fardhu di bulan lain.
3. Malas menjalankan ibadah-ibadah sunnah.
Termasuk di dalamnya menjalankan ibadah shalatul lail. Mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan ibadah-ibadah sunnah merupakan ciri orang yang shalih.
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang bersegera dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami. (Al-Anbiya:90)
“Dan hamba-Ku masih mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah, sampai Aku mencintainya.” (Hadits Qudsi)
4. Kikir dan rakus pada harta Benda.
Takut rugi jika mengeluarkan banyak infaq dan sedekah adalah tanda gagal Ramadhan. Sebab, salah satu sasaran utama shiyam adalah membuat manusia mampu mengendalikan sifat rakus pada makan, minum maupun pada harta benda. Cinta dunia serta gelimang kemewahan hidup sering membuat manusia lupa akan tujuan hidup sesungguhnya. Mendekat kepada Allah Subhaanahu wa ta’ala, akan menguatkan sifat utama kemanusiaan (Insaniyah).
5. Malas membaca al-Qur'an.
Ramadhan juga disebut Syahrul Qur'an (bulan al-Qur'an). Orang-orang shalih di masa lalu menghabiskan waktunya siang dan malam Ramadhan untuk berinteraksi dengan al-Qur'an. Ramadhan adalah saat yang tepat untuk menimba dan menggali sebanyak mungkin kemuliaan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup. Kebiasaan baik ini harus nampak berlanjut setelah Ramadhan pergi, sebagai tanda keberhasilan latihan di bulan suci.
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al Quran dan mengajarkannya”.(HR Bukhari)
6. Mudah mengumbar amarah.
Ramadhan adalah bulan kekuatan. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) bersabda, "Orang kuat bukanlah orang yang selalu menang ketika berkelahi. Tapi orang yang kuat adalah orang yang bisa menguasai diri ketika marah."
Dalam hadits lain beliau bersabda: “Puasa itu perisai diri, apabila salah seorang dari kamu berpuasa maka janganlah ia berkata keji dan jangan membodohkan diri. Jika ada seseorang memerangimu atau mengumpatmu, maka katakanlah sesesungguhnya saya sedang berpuasa.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
7. Gemar bicara sia-sia dan dusta.
Kesempatan Ramadhan adalah peluang bagi kita untuk mengatur dan melatih lidah supaya senantiasa berkata yang baik-baik. Umar ibn Khattab Ra berkata: “Puasa ini bukanlah hanya menahan diri dari makan dan minum saja, akan tetapi juga dari dusta, dari perbuatan yang salah dan tutur kata yang sia-sia.” (Al Muhalla VI: 178)
Ciri orang gagal memetik buah Ramadhan kerap berkata di belakang hatinya. Kalimat-kalimatnya tidak ditimbang secara masak: “Bicara dulu baru berpikir, bukan sebaliknya, berpikir dulu, disaring, baru diucapkan.”
8. Memutuskan tali silaturahim.
Ketika menyambut datangnya Ramadhan, Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa menyambung tali persaudaraan (silaturahim) di bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmat-Nya. Barang siapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya."
9. Menyia-nyiakan waktu.
Termasuk gagal Ramadhan adalah lalai atas karunia waktu dengan melakukan perbuatan sia-sia, kemaksiatan, dan hura-hura. Disiplin waktu selama Ramadhan semestinya membekas kuat dalam bentuk cinta ketertiban dan keteraturan.
Al-Qur’an mendokumentasikan dialog Allah Swt dengan orang-orang yang menghabiskan waktu mereka untuk bermain-main.
“Allah bertanya: ‘ Berapa tahunkan lamanya kamu tinggal di bumi?’ Mereka menjawab: ‘Kami tinggal di bumi sehari atau setengah hari. maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.’ Allah berfirman: ‘Kamu tidak tingal di bumi melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui. “Maka apakah kamu mengira sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang sebenarnya; tidak Tuhan yang berhak disembah selain Dia, Tuhan yang mempunyai ‘Arsy yang mulia.” (Al-Mu’minun: 112-116)
10. Labil dalam menjalani hidup.
Labil alias gamang, khawatir, risau, serta gelisah dalam menjalani hidup adalah tanda gagal Ramadhan. Bila seseorang meraih berkah bulan suci ini, jiwanya mantap, hatinya tenteram, perasaannya tenang dalam menghadapi keadaan apapun.
Pesan Rasulullah Saw: “Sesungguhnya telah datang bulan Ramadhan yang penuh berkah. Allah telah memfardhukan atas kamu berpuasa di dalamnya. Dibuka semua pintu surga, dikunci semua pintu neraka dan dibelenggu segala syetan. Di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa tiada diberikan kebajikan malam itu, maka sungguh tidak diberikan kebajikan atasnya.” (HR Ahmad, Nasa’i, Baihaqi dari Abu Hurairah)
11. Tidak bersemangat mensyiarkan Islam.
Salah satu ciri utama alumni Ramadhan yang berhasil ialah ketaqwaannya semakin kuat. Salah satu wujudnya adalah semangat mensyiarkan Islam. Berbagai kegiatan ‘amar ma’ruf nahiy munkar dilakukannya, karena ia ingin sebanyak mungkin orang merasakan kelezatan iman sebagaimana dirinya
12. Khianat terhadap amanah.
Shiyam (puasa) adalah amanah Allah SWT yang harus dipelihara (dikerjakan) dan selanjutnya dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya kelak. Orang yang terbiasa memenuhi amanah dalam ibadah sirr (rahasia) tentu akan lebih menepati amanahnya terhadap orang lain, baik yang bersifat rahasia maupun yang nyata.
13. Rendah motivasi hidup berjamaah:
Frekuensi shalat berjama’ah di masjid meningkat tajam selama Ramadhan. Selain itu, lapar dan haus menajamkan jiwa sosial dan empati terhadap kesusahan sesama manusia, khususnya sesama Muslim. Allah mencintai hamba-hamba-Nya yang berjuang secara berjama’ah, yang saling menguatkan. Ramadhan seharusnya menguatkan motivasi untuk hidup berjamaah. Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam saatu barisan yang teratur, seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh." (Ash-Shaf [61]: 4)
14. Tinggi ketergantungannya pada makhluk.
Hawa nafsu dan syahwat merupakan pintu utama ketergantungan manusia pada sesama makhluk. Jika jiwa seseorang berhasil merdeka dari kedua mitra syetan itu setelah Ramadhan, maka yang mengendalikan dirinya adalah fikrah dan akhlaq.
15. Malas membela dan menegakkan kebenaran.
Ramadhan adalah bulan dakwah dan jihad. Maka, di tengah gelombang kebathilan dan kemungkaran yang semakin merajalela saat ini, para jebolan akademi Ramadhan seharusnya semakin gigih membela dan menegakkan kebenaran. Sejumlah peperangan dilakukan kaum Muslimin melawan tentara-tentara kafir berlangsung di bulan Ramadhan. Kemenangan Badar yang spektakuler itu dan penaklukan Makkah (Futuh Makkah) terjadi di bulan Ramadhan.
16. Tidak bertambah cintanya
Syahru Rahmah, Bulan Kasih Sayang adalah nama lain Ramadhan, karena di bulan ini Allah melimpahi hamba-hamba-Nya dengan kasih sayang ekstra. Shiyam Ramadhan menanam benih kasih sayang terhadap orang-orang yang paling lemah di kalangan masyarakat. Faqir miskin, anak-anak yatim dan mereka yang hidup dalam kemelaratan. Rasa cinta kita terhadap mereka seharusnya bertambah. Jika cinta jenis ini tidak bertambah sesudah bulan suci ini, berarti Anda perlu segera instrospeksi.
Demikian pula jika tidak mengalami peningkatan keharmonisan dalam keluarga. Berbagai ibadah di bulan Ramadhan adalah sarana yang sangat tepat untuk membangun keharmonisan dalam keluarga. Jangan biarkan keluarga kita tidak berhasil meraihnya.
17. Salah dalam memaknai akhir Ramadhan.
Khalifah Umar ibn Abdul Aziz memerintahkan seluruh rakyatnya supaya mengakhiri puasa dengan memperbanyak istighfar dan memberikan sadaqah, karena istighfar dan sadaqah dapat menambal yang robek-robek atau yang pecah-pecah dari puasa. Menginjak hari-hari berlalunya Ramadhan, mestinya kita semakin sering melakukan muhasabah (introspeksi) diri.
“Wahai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Hasyr: 18 )
18. Terlalu sibuk mempersiapkan lebaran
Banyak yang lupa bahwa 10 malam terakhir merupakan saat-saat genting yang menentukan nilai akhir kita di mata Allah SWT dalam bulan berkah ini. Menjadi pemenang sejati atau pecundang sejati. Konsentrasi pikiran telah bergeser dari semangat beribadah, kepada luapan kesenangan merayakan Idul Fitri dengan berbagai kegiatan, akibatnya lupa seharusnya sedih akan berpisah dengan bulan mulia ini.
19. Menganggap dan menjalani Idul Fitri sebagai hari kebebasan berbuat jahiliyah lagi.
Secara harfiah makna Idul Fitri berarti “hari kembali ke fitrah”. Namun kebanyakan orang memandang Iedul Fitri laksana hari dibebaskannya mereka dari “penjara” Ramadhan. Akibatnya, hanya beberapa saat setelah Ramadhan meninggalkannya, ucapan dan tindakannya kembali cenderung tak terkendali.
20. Ramadhan tak bersisa
Setelah Ramadhan, nyaris tidak ada ibadah yang ditindaklanjuti pada bulan-bulan selanjutnya. Misalnya memelihara kesinambungan puasa sunnah, shalat malam, membaca Al-Qur’an.
Amal-amal ibadah satu bulan Ramadhan, adalah bekal pasokan agar ruhani dan keimanan seseorang meningkatkan untuk menghadapi sebelas bulan setelahnya. Namun, orang akan gagal meraih keutamaan Ramadhan, saat ia tidak berupaya menghidupkan dan melestarikan amal-amal ibadah yang perbah ia jalankan dalam satu bulan.
20 Tips Sukses Ramadhan
1. Mengobarkan rindu Ramadhan, meluruskan niat, dan memancangkan tekad untuk meraih berbagai keutamannya.
2. Membuat rencana (planing) yang matang dalam mencapai target-target ibadah dan amal shalih Ramadhan, serta target mengikis kebiasaan jahiliyah.
3. Memperlambat sahur dan mempercepat berbuka puasa.
4. Tidak berlebih-lebihan dalam bersahur dan berbuka puasa (ifthar), serta membiasakan mengkonsumi kurma atau makanan yang manis lainnya.
5. Menunaikan zakat fitrah, harta, profesi, dan lain-lain, serta banyak berinfaq dan sedekah.
6. Berusaha tilawatul Qur'an (membaca Qur'an) sampai khatam (selesai) serta menghapal dan mentadabburinya.
7. Tingkatkan pemahaman agama dengan membaca berbagai tulisan dan buku tentang Islam, khususnya tentang puasa, baik segi fiqih maupun maknawiyahnya.
8. Meningkatkan disiplin dan muraqabatullah (perasaan bahwa Allah mengawasi kita), karena puasa melatih disiplin.
9. Hidupkan malam dengan shalat tarawih atau qiyamullail dan targetkan harus bisa penuh 30 malam.
10. Menjauhkan diri dari sebab-sebab yang dapat mendekatkan diri pada kemaksiatan seperti perilaku, pergaulan, bacaan, tontonan, dan konsumsi (misalnya rokok) yang sia-sia untuk selama-lamanya.
11. Memberikan makanan berbuka kepada orang-orang yang melakukan puasa, terutama bagi mereka yang kesulitan, seperti fakir miskin dan orang yang berada dalam perjalanan.
12. Banyak berdzikir, minta ampun dan berdoa pada setiap kesempatan (duduk, berdiri, dan berbaring).
13. Memberikan skala prioritas terhadap segala aktivitas yang dapat mendekatkan diri pada Allah SWT.
14. Memperbanyak aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan amal sosial bagi kaum dhuafa serta kegiatan dakwah.
15. Berusaha untuk saling menjaga hati, lisan, dan sikap untuk menyempurnakan puasa serta menjaga pandangan. Bagi wanita yang belum menutup aurat harus memulai menutup aurat untuk seterusnya.
16. Berusaha keras untuk bisa menjalankan i'tikaf (berdiam diri di masjid dengan tujuan mendekatkan diri pada Allah dan menyempurnakan amal ibadah kita) pada 10 malam terakhir dengan tekad meraih lailatul qadar dan memperbaiki diri.
17. Menghindari amalan yang bid'ah di bulan Ramadhan.
18. Memperhatikan dan berusaha mempraktikkan betul rambu-rambu Ramadhan, seperti hal-hal yang makruh atau haram.
19. Menyambung Ramadhan dengan melakukan puasa sunah 6 hari di bulan Syawal.
20. Tidak berlebih-lebihan dalam menyambut idul fitri dengan berbangga-bangga dalam hal makanan, pakaian, atau hal-hal duniawi lainnya.
Referensi:
(Jazakillah buat mbak Ersifa Fatimah, dr.)
WebRepOverall rating