Sampah rumah tangga yang merupakan penyumbang 70% sampah perkotaan dapat diatasi sendiri mulai dari rumah dengan komposisasi sampah rumah tangga metode takakura yang diperkenalkan oleh mr. takakura dari jepang, pada pelatihan pengelolahan sampah organic di PUSDAKOTA Surabaya. System komposisasi ini bersifat aerobic (memerlukan udara), proses yang dilakukan bukan pembusukan tetapi fermentasi, yaitu penguraian dengan bantuan mikroba sehingga prosesnya higienis, mudah, dan tidak berbau.
Alat dan bahan:
- Keranjang/ wadah berlubang sehingga udara dapat masuk. Dapat terbuat dari ember/ kaleng cat, keranjang cucian, bamboo bersusun, dll.
- Bantalan dari jarring plastic yang diberi sekam, sabut kelapa atau kain perca, pada bagian atas dan alas keranjang.
- Kardus mie atau sejenisnya di sekeliling bagian dalam keranjang yang berfungsi mengatur kelembapan, menyerap kelebihan air, dan agar adonan kompos tidak keluar dari keranjang.
- Cetok pengaduk yang dapat dibuat dari kayu atau pipa yang dibentuk.
- Kompos lama atau starter sebanyak 6-8 kg yang mengandung mikroba. Dimasukan ke dalam keranjang sebagai biang (pemancing fermentasi/ aktivator).
- Ayakan kawat 0.5 cm
- Sampah dapur atau rumput yang telah dicacah kemudian dimasukkan dan dibenamkan ke dalam kompos.
- Serbuk gergaji dan sampah coklat lainnya sebagai pengatur kelembapan adonan kompos.
Teknik pengomposan:
1.
Sebelum sampah baru dimasukkan, adonan kompos yang lama di aduk-aduk lebih dulu agar udara segar dapat masuk ke bagian bawah kompos.
2. Cacahan sayuran, makanan sisa yang sudah dicuci dari lemak dan santan dapat dimasukkan dan di aduk sampai sampah tidak terlihat, lalu tutup dengan bantalan agar tidak terkena lalat.
3. pengo mposan berjalan apabila adonan menjadi panas diraba dan keluar uap jika di aduk.
4. Apabila kompos basah atau berair (biasanya dibarengi bau busuk), jangan dijemur tetapi ditambahkan serbuk gergaji, daun kering, dedak, atau abu gosok. Jangan lupa adonan diaduk rata setiap harrinya.
5. Bila kompos terlalu kering, perciki dengan air sambil diaduk dan dibolak balik.
6. Bila berbau tengik atau asam, kompos terlalu lembab atau kurang udara sehingga teerjadi pembusukan, tambahkan bahan-bahan berwarna coklat (daun kering, serbuk gergaji, dll), aduk hingga kelembapan dan bau hilang.
7. Bila dikerubungi lalat, serangga, dan belatung biasanya disebabkan oleh sampah daging, ikan, susu, santan, atau sayuran busuk. Bisa juga karena wadah tidak tertutup dengan baik. Yang dapat kita lakukan adalah mencampur atau menutupi kompos dengan tanah, kompos matang, atau serbuk gergaji hingga tidak terlihat.
8. Bila dalam kompos terdapat sisa daging, ikan, susu, kulit telur, atau makanan busuk, maka kompos akan didekati tikus, kucing, atau anjing. Oleh karena itu, jangan memasukan bahan makan di atas atau lainnya yang dapat mengundang kedatangan hewan tersebut. Apabila sudah terjadi, segera ambil sisa makan tersebut, diaduk kembali, dan tutup dengan kain kasa.
9. Jika keranjang sudah penuh, isinya dapat dipindahkan ke wadah lain yang lebih besar untuk proses pematangan. Proses pematangan ini berlangsung selama 7-10 hari dengan frekuensi pengadukan 2-3 hari ssekali.
10. Kompos yang sudah jadi diayak dengan ayakan kawat. Kompos yang telah disaring tersebut dapat digunakan sebagai pupuk.
11. Setelah kompos disaring, sampah sisa yang kasar dapat digunakan sebagai activator/ kompos biang takakura untuk kegiatan pengomposan berikutnya.
Proses pengomposan:
Sampah oraganik secara alami akan mengalami proses penguraian yang dilakukan oleh ratsan jenis mikroba (bakteri, jamur, ragi) dan berbagai jenis binatang kecil yang hidup di tanah. Secara umum, proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut;
>>>Bahan organik + oksigen mikroba kompos + CO2 + H2O + panas
Bahan baku kompos:
1. Bahan yang kaya karbon menjadi sumber energy bagi mikroba. Ciri bahan yang kaya karbon adalah kering, kasar atau berserat, dan berwarna coklat. contohnya daun kering, rumput kering, serbuk gergaji, sekam padi, kertas , kulit jagung, jerami, dan tangkai sayuran.
2. Sedangkan nitrogen diperlukan untuk tumbuh dan berkembangbiak, umumnya berwarna hijau dan mengandung air. contohnya sayuran, buah-buahan, potongan rumput segar, daun segar, sampah dapur, bubuk teteh dan kopi, kulit telur, serta pupuk kandang.
3. Perbandingan sampah coklat dan sampah hijau yang tepat memengaruhi kecepatan pengomposan yaitu 1:2
4. Jika terlalu banyak sampah hijau, adonan kompos akan keluar banyak air, becek, dan berbau. Sedangkan jika terlalu banyak sampah coklat, proses pengomposan akan memakan waktu lama atau terhenti karena sedikitnya mikroba yang hidup.
Bahan yang sebaiknya tidak dimasukkan dalam kompos:
1. Sampah dapur seperti daging, ikan, tulang, kulit udang, susu, keju, lemak, atau minyak karena akan baud an menimbulkan belatung.
2. Biji buah yang keras seperti salak dan durian.
Kelembaban:
1. Air sangat dibutuhkan bagi kehidupan mikroba yang bekerja dalam proses pengomposan.
2. Terlalu banyak air akan mematikan mikroba aerob, sehingga yang bekerja adalah mikroba anaerob sehingga menyebabkan proses pembusukan. Oleh karena itu, wadah pengomposan sebaiknya tidak langsung terkena sumber air atau hujan.
3. Kompos yang terlalu kering akan menimbulkan dehidrasi bagi mikroba sehingga pengomposan berjalan lambat.
4. Kelembapan yang optimaladalah sekitar 60% dengan ciri bahan kompos seperti busa spon yang habis diperas tetapi airnya tidak sampai menetes.
5. Sampah dapur mengandung air sekitar 90% sehingga tidak perlu ditambahkan air lagi.
Oksigen:
1. Mikroba pembuat kompos perlu oksigen untuk tumbuh dan berkembangbiak.
2. Jika udara habis, mikroba anaerob akan tumbuh dan menghasilkan gas metan yang beracun dan gas H2S yang berbau seperti telur busuk serta keluar air lindi berwarna hitam dan berbau.
3. Pengadukan atau pembalikan kompos diperlukan untuk memasukan oksigen kedalam kompos.
Kualitas kompos yang baik:
1. Berbau tanah, tidak berbau busuk.
2. Warna adonan kehitaman, berbentuk butiran seperti tanah.
3. Suhu adonan sama dengan suhu tanah.
4. Jika dimasukan dke dalam air, seluruhnya akan tenggelam serta air tetap bening. Jika ada bangian yang mengambang, berarti ada bahan yang tidak menjadi kompos dari pembakaran sampah. Namun, jika air keruh berate ada air lindi yang berasal dari pembusukan sampah.
5. Jika digunakan sebagai pupuk, maka tanaman menjadi subur dan tidak tumbuh tanaman liar (gulma).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar