Ahli Puasa dan Ahli
Ibadah
Wanita muslimah sangat mengerti dengan segala perintah
Allah. Hal tersebut membuat wanita muslmah enggan melakukan hal yang tidak
bermanfaat dan selalu ingin mengisi hari-harinya dengan aktivitas yang tidak
sia-sia. Oleh karena itu Anda akan melihat mereka rajin puasa dan tekun
beribadah. Wanita-wanita ahli ibadah yang berada pada urutan pertama adalah
generasi sahabat. Urutan pertama dari generasi sahabat ialah istri-istri
Rasulullah serta keluarganya. Sedangkan yang berada pada urutan pertama dari istri
nabi ialah Aisyah r.a.
Al-Qasim berkata, “Aisyah melakukan puasa sepanjang masa (shaumud dahr)”
Urwah menuturkan bahwa Aisyah r.a selalu berpuasa. Al-Qasim
menambahkan, ia hanya berbuka (tidak berpuasa) pada saat idul fitri dan idul
adha.
Aisyah senang sekali memanjangkan doanya. Suatu ketika saat
Nabi berada disamping Aisyah yang sedang berdoa hingga menangis merasa bosan
menunggu, sehingga ia pergi ke pasar untuk membeli suatu keperluan. Ketika beliau
kembali pun ternyata Aisyah masih dalam keadaan berdoa sambil menangis.
Ini merupakan
Ketetapan Allah bagi Putra-Putri Adam
Aisyah selalu tidak meninggalkan bentuk ibadah apapun untuk
menjaga ketaatannya. Suatu ketika saat ibdah haji, Aisyah menangis karena tidak
dapat melaksanakan ibadah haji lantaran sedang haid. Kemudia rasulullah
mengizinkan Aisyah ikut setelah melakukan mandi besar. Aisyah ingin melakukan
ibadah dengan maksimal sehingga ia senantiasa bertanya kepada Rasulullah saat
pelaksanaan ibadah haji.
Jihad kalian adalah
Haji
Besarnya semangat aisyah untuk menjalankan setiap ketaatan
yang dapat mendekatkan dirinya dengan Allah mendorong beliau untuk meminta izin
kepada Nabi melakukan Jihad. Mengapa? Sebab ia tahu keutamaan dari jihad.
Aisyah menuturkan, “Aku pernah izin kepada Nabi saw. Agar dibolehkan
ikut berjihad. Beliau menjawab, ‘jihad kalian (kaum muslimah) adalah haji.’”
Walaupun Aisyah tidak diizinkan untuk berjihad, Aisyah tetap
menunjukkan kesabaran yang tinggi serta senantiasa membantu mereka dalam
menyiapkan perlengkapan perang.
Lembaran Keagungan
dari Medan Pertempuran dan Jihad
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, walaupun Aisyah
tidak dizinkan berperang, ia tetap berkontribusi dalam medan peperangan dengan
melakukan hal yang dibenarkan dalam syariat islam seperti membawa makan dan
minuman kepada pasukan, mengobati dan merawat tentara yang terluka, dan
menyiapkan logistik. Contohnya adalah ketika perang Uhud, Aisyah ra. Turut andil
membawa air di atas pundaknya untuk memberi minum kepada para mujahidin,
padahal saat itu usianya masih sangat muda. Ia tetap terjun dalam medan perang
yang sekaligus pengalaman pertama dalam hidupnya.
Beginilah seharusnya
Keadaan Rumah-rumah Kaum Muslimin
Sebuah cerita dari Aisyah ketika paman sepenyusuannya datang
untuk bertamu. Ia tidak mengizinkannya
masuk hingga Rasulullah memberikan izin. Aisyah sangat menjaga kehormatan
suaminya dengan senantiasa izin kedaan apapun. Walaupun pamannya sendiri yang
bertamu. Begitulah seharusnya keadaan rumah tangga seorang muslimin, saling
menghargai dan menghormati anggotanya agar tercipta kehidupan bersih dan suci
lahir batin.