Kamis, 29 Desember 2011

Mengintip Sepak Terjang Jamkesmas untuk Masyarakat (3)


Kembali berbicara mengenai kartu berobat gratis, di beberapa wilayah seperti di Bogor, misalnya. Warga miskin tidak harus memiliki kartu berobat gratis untuk mendapatkan pengobatan gratis di rumah sakit atau puskesmas setempat. Warga miskin disana hanya cukup membawa dan menunjukkan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM). 100 persen biaya pengobatan ditanggung pemerintah.

Berhubung semakin banyaknya warga miskin yang meminta hak untuk kartu berobat gratis, tindakan penyalahgunaan pun bermunculan, seperti pemalsuan kartu keterangan miskin atau bahkan calo. Calo di sini berperan sebagai pengurus surat keterangan miskin untuk pemfasilitasan berobat gratis. Biasanya calo adalah perantara anatara pemerintah dan warga. Akibatnya,  banyak warga yang tidak berhak mendapatkan surat keterangan miskin dapat memperolah fasilitas berobat gratis, dan sebaliknya, warga yang miskin menjadi tidak mendapatkan fasilitas berobat gratis.

Praktik pencaloan tersebut mungkin terjadi karena kurang tanggapnya pihak kelurahan atau kecamatan dalam memperhatikan warga miskin. Itu adalah contoh kesenjangan sosial lain yang terjadi antara pemerintah setempat dengan warga.


Saatnya Restorasi Kebijakan
Pada dasarnya, Jamkesmas mempunyai fungsi utama, yaitu untuk memberi perlindungan kepada peserta Jamkesmas dalam bentuk pemeliharaan kesehatan paripurna dengan sistem jaminan kesehatan yang terkendali, baik mutu maupun biayanya. Namun, apakah fungsi dari Jamkesmas sudah berjalan dengan baik saat ini?

Dari pihak pemerintah, pendistribusiannya dinilai cukup baik, Namun, ada beberapa keluhan di lapangan karena adanya ketidaktelitian pada saat pendataan warga miskin. Ada beberapa warga miskin yang terlewat, sehingga tidak mendapatkan kartu Jamkesmas. Hal itu tentu merugikan warga yang memerlukan kartu tersebut dalam waktu dekat.

Jika ditinjau dari pihak pelayanan rumah sakit, kebanyakan pihak rumah sakit yang bermasalah hanya melayani pasien dengan cara setengah-setengah, seperti mendapatkan kamar rawat inap dengan gratis, tetapi tetap harus membayar biaya infus, atau pihak rumah sakit menolak dengan alasan tempat tidur penuh, tidak punya peralatan kesehatan, atau dokter dan obat yang tidak memadai. Juga pelayanan rumah sakit dinilai lamban dalam melayani masyarakat yang menggunakan kartu Jamkesmas. Paramedis kurang melayani pasien pengguna kartu Jamkesmas dengan maksimal dan terkesan pilih kasih dengan pasien yang berduit. Kendala juga ditemukan dari warga pemegang kartu Jamkesmas semdiri. Mereka enggan menggunakan faslitas Jamkesmas, karena mereka khawatir ditolak berobat secara halus oleh pihak rumah sakit.

Sungguh keadaan yang mengenaskan. Di negara berkembang yang sedang ‘maju-maju’-nya ini, masih saja ada kesenjangan di bidang kesehatan. Pasien yang kurang mampu tidak bisa mendapatkan hak berobat dengan sepenuhnya, seperti yang seharusnya yang telah diatur oleh negara ini. Hanya karena banyak pihak lain yang ingin mendapatkan keuntungan dari program Jamkesmas dan kurang baiknya koordinasi dari berbagai pihak. Seperti kasus pungutan liar atau dokter yang tidak mau dibayar murah. Dari masalah-masalah yang terjadi dapat disimpulkan bahwa keberadaan kartu Jamkesmas dapat membantu warga miskin jika pelaksanaannya dilakukan dengan yang seharusnya yaitu bertujuan untuk membantu rakyat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan bukan untuk menyulitkan mereka.

Dengan berbagai permasalahan yang timbul dari berbagai elemen, sudah selayaknya pemerintah merestorasi kebijakan jaminan kesehatan masyarakat agar tidak ada lagi kasus-kasus yang timbul di masyarakat serta berbagai masalah kompleks lainnya.

Upaya-upaya restorasi tersebut dapat dimulai dengan mengevaluasi kebijakan dan melakukan sosialisasi Jamkesmas ke berbagai kawasan di tanah air sehingga pasien miskin tidak lagi menderita. Selain itu, untuk meningkatkan jumlah pasien diluar Jamkesmas pemerintah sebaiknya melakukan berbagai inovasi yaitu dengan berbagai macam pelayanan unggulan, mengubah perilaku tenaga kesehatan dengan melaksanakan pedoman perilaku 5 S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun). Citra Pelayanan Prima (CPP) yakni berkomitmen melaksanakan pelayanan yang cepat dan ramah yang ditunjang oleh peralatan-peralatan canggih.

Adanya hubungan yang baik antara pemerintah dengan pihak rumah sakit juga dapat meningkatkan pelayanan Jamkesmas terhadap pasien miskin. Hubungan baik tersebut akan muncul ketika kedua belah pihak saling menghargai dan tanggung jawab terhadap kerja sama yang telah dijalin.

Pasien miskin pun sebaiknya turut berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan program Jamkesmas dengan memanfaatkan seluruh falisitas yang disedikan pemerintah serta tidak ragu untuk mencari informasi dan bertanya terhadap pemerintah. Diharapkan dengan adanya restorasi kebijakan tersebut dapat mengurangi berbagai masalah yang ada di tengah masyarakat serta terbentuk suatu sistem yang lebih baik, teratur, dan tepat. 



sumber:

Bataviase.“70 Persen Pasien Miskin Keluhkan Layanan RS.”


Bimeks. “Pelayanan Jamkesmas Dikeluhkan Pasien.” Sumbawa News. http://www.sumbawanews.com/berita/daerah/pelayanan-jamkesmas-dikeluhkan-pasien.html (16 Jun, 2011)

Setiono, Deni A. “Pelayanan KSK dan Jamkesda di Gresik Dikeluhkan.” Berita Jatim. http://www.beritajatim.com/detailnews.php/6/Politik_&_Pemerintahan/2011-05-10/100401/_Pelayanan_KSK_dan_Jamkesda_di_Gresik_Dikeluhkan (16 Jun, 2011)

Molan, Laurensius. “Rumah Sakit Untuk Orang Miskin.” Format News. http://www.formatnews.com/?act=view&newsid=1971&cat=57 (16 Jun, 2011)

Mohari, Henky. “RSUD Tanjungpinang Diminta Tingkatkan Layanan Jamkesda.” Antara News. http://kepri.antaranews.com/berita/16803/rsud-tanjungpinang-diminta-tingkatkan-layanan-jamkesda (16 Jun, 2011)


http://infopetadaerah.blogspot.com/2010/07/ada-14-kriteria-yang-dipergunakan-untuk.html - 14 kriteria masyarakat miskin menurut standar BPS  (29 juni 2011)

http://bppkbtanjabtim-kadafi.blogspot.com/-UU DAN MENKES BARU: KADO HARI KESEHATAN NASIONAL-Oleh: Hendriyanto,S,IP, M.Kes-rabu, 11 november 2009

 

KG/J. “Rumah sakit Tidak Boleh Tolak Pasien.” Media Indonesia, 23 Mei. 2011, 11.

Kartu Berobat Gratis di Bekasi Diduga Banyak Salah Sasaran. 15/06/2010http://www.pikiran-rakyat.com/node/115931 


http://regional.kompasiana.com/2010/07/28/menggendong-mayat-anaknya-karena-tak-mampu-sewa-mobil-jenazah/ Ayah Menggendong Mayat Anaknya Karena Tak Mampu Sewa Mobil Jenazah 28/07/2010




Tidak ada komentar: