Pendidikan seks
Perdebatan
tentang pendidikan seks di sekolah seakan tak habis dibicarakan. Kelompok yang
pro menganggap pendidikan seks itu perlu untuk mencegah prilaku seks menyimpang.
Kalangan yang menentang pendidikan seks beralasan justru pendidikan seks akan
membuat anak yang tidak tahu tentang seks akan menyalah gunakan apa yang
diketahuinya.
Dunia
pendidikan terkejut dengan hasil penelitian Iip Wijayanto yang menyimpulkan
bahwa 97% mahasiswi di sebuah kota pendidikan tidak perawan. Sekali pun kita
meragukan validitas atau tepatnya angka prosentase yang dihasilkan, tetapi hal
ini cukup membuktikan bahwa seks telah disalahgunakan justru oleh orang
berpendidikan. Kasus kehamilan yang tak
diinginkan yang terjadi sampai 30% pada remaja, 70% pada PUS (Pasangan Usia
Subur) yang mengalami kegagalan kontrasepsi. Masalah pergaulan bebas yang
menjerumus kearah seks perlu di antisipasi dunia pendidikan. Dengan
perkembangan dunia informasi yang semakin pesat, semua sepakat bahwa pendidikan
seks perlu di sekolah.
Pendidikan seks
menurut tokoh pendidikan Nasional Arif rahman Hakim adalah perlakuan proses
sadar dan sistematis di sekolah, keluarga dan masyarakat untuk menyampaikan proses
perkelaminan menuarut agama dan yang sudah ditetapkan oleh masyarakat. Dengan
demkian pendidikan ini bbukanlah pendidikan tentang how to do (bagaimana
melakukan hubungan seks), atau tentang hubungan seks aman, tidak hamil dan lain
sebagainya, tetapi intinya pendidikan seks di berikan sebagai upaya preventif
dalam kerangka moralitas agama. Ia tidak boleh bertentangan dengan ajaran
agama, jika tidak maka apa yang dikhawatirkan kelompok anti pendidikan seks
akan terjadi. Ketika seks terlepas dari kerangka moral agama, maka kebobrokan
moral kaum terpelajar justru akan semakin mewabah, sebagaimana yang di
tenggarai Iip Wijayanto.
Dalam perspektif
pendidikan agama (dalam hal ini; Islam), pendidikan seks dibahas dalam materi
pelajaran fikih yang meliputi tentang reproduksi dan tanggung jawab agama bagi
seseorang yang telah mengalami kematangan reproduksi seksualnya (baligh).
Dengan mengacu fikih, maka penulis mengusulkan agar ruang lingkup kurikulum
pendidikan seks antara lain: Penciptaan manusia oleh Allah (proses kejadian
manusia mulai dari pembuahan), perkembangan laki- laki dan perempuan (secara
fisik dan psikis), perilaku kekelaminan, dan kesehatan seksual. Rancangan ini
juga penilaian kebutuhan (need assessment,
evaluasi, implementasi, sosialisasi dan membuat disain kurikulum dan
pengembangannya).
Di samping
kurikulum yang juga harus dipersiapkan adalah guru pengajarnya. Jangan sampai
pendidikan seks yang bertujuan sebagai tindakan preventif malah menjadi ajang
pembahasan seks secara vulgar dan di luar konteks kependidikan. Sedangkan
informasi yang dapat diberikan mencakup: tentang masalah reproduksi, proses
kelahiran, KB, perilaku menyimpang, kejahatan seks, perlindungan hukum.
Ada dua
kemungkinan kurikulum pendidikan seks: berdiri sendiri atau terkait dengan mata
pelajaran lain. Pendidikan seks di sekolah diintegrasikan dalam mata pelajaran:
agama, olahraga, biologi (misalnya anatomi), sosiologi, antropologi, dan
bimbingan karier.
Untuk mendukung
kurikulum pendiidikan seks di sekolah maka kegiatan di luar sekolah juga perlu
mendukungnya. Pendidikan seks dalam kegiatan OSIS dapat dicakup dalam program
Keputrian, Keputraan, Pesantren Kilat, Retreat, dsb. Juga kegiatan POMG dalam
bentuk seminar dan diskusi yang mengundang orangtua murid dan para ahli, bila perlu
seksolog dan agamawan.
Namun demikian
tenggung jawab keberhasilan pendidikan seks bukanlah semata-mata di tentukan
oleh kurikulum sekolah, tetapi juga peran keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Sekolah mempunyai keterbatasan waktu dan pengawasan. Maka bimbingan keluarga
dan kontrol dari masyarakat, dimana anak lebih banyak menghabiskan waktunya,
mempunyai peranan lebih besar bagi terciptanya generasi yang berilmu sekaligus
bermoral.
pencegahan seks bebas
Pada akhirnya perlu
diperhatikan bahwa usahakan melaksanakan pendidikan seksual perlu diulang-ulang
(repetitif) selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu
pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan dan
memperkuat(reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar- benar menjadi
bagian dari pengetahuannya.
1) Pencegahan Menurut Agama
Iman, merupakan rem paling
pakem dalam berpacaran. Justru penilaian kepribadian pasangan dapat dinilai
saat berpacaran. Mereka yang menuntut hal-hal yang melanggar norma-norma yang
dianut, tentunya tidak dapat diharapkan menjadi pasangan yang baik. Seandainya
iapun menjadi suami atau istri kelak tentunya keinginan untuk melanggar
norma-norma pun selalu ada. Untuk itu, "Say Good Bye" sajalah...!
Masih banyak kok pria dan wanita yang mempunyai iman dan moral yang baik yang
kelak dapat membantu keluarga bahagia.
Pengetahuan agama remaja
dalam penelitian dibatasi pada pengetahuan agama yang berhubungan dengan
pergaulan bebas, penyalahgunaan narkoba dan hubungan seks di luar nikah. Mayoritas
responden tidak menyetujui penyalahgunaan narkoba dan mengadakan seks di luar
nikah.
Pengetahuan
Agama Remaja Pencegahan menurut agama antara lain :
1.
Memisahkan tempat tidur anak.
2.
Meminta izin ketika memasuki kamar tidur orang
tua.
3.
Mengajarkan adab memandang lawan jenis.
4.
Larangan menyebarkan rahasia suami-istri.
2) Pencegahan Seks Bebas
dalam Keluarga
Faktor keluarga
sangat menentukan dalam masalah pendidikan seks sehingga prilaku seks bebas
dapat dihindari. Waktu pemberian materi pendidikan seks dimulai pada saat anak
sadar mulai seks. Bahkan bila seorang bayi mulai dapat diberikan pendidikan
seks, agar ia mulai dapat memberikan mana cirri-laki-laki dan mana ciri
perempuan. Bisa juga diberikan saat anak mulai bertanya-tanya pada orang tuanya
tentang bagaimana bayi lahir. Peran orang tua sangat penting untuk memberikan
pendidikan seks pada usia dini.
Menurut Afief Rahman,
pendidikan seks sebaiknya dimulai dari kandungan. Pembacaan ayat-ayat suci dari
Kitab Suci sangat penting. Hal ini ditujukan agar anak yang dikandung
mendapatkan keberkahan dari Sang pencipta seperti diketahui, identitas seks
manusia sudah dimulai sejak di dalam kandungan, sehingga memang sepantasnya
pendidikan seks dimulai pada fase tersebut.
Pencegahan seks bebas dalam
keluarga antara lain.
- Keluarga
harus mengerti tentang permasalahan seks, sebelum menjelaskan kepada anak-anak
mereka.
- Seorang
ayah mengarahkan anak laki-laki, dan seorang ibu mengarahkan anak perempuan
dalam menjelaskan masalah seks.
- Jangan
menjelaskan masalah seks kepada anak laki-laki dan perempuan di ruang yang
sama.
- Hindari
hal-hal yang berbau porno saat menjelaskan masalah seks, gunakan kata-kata yang
sopan.
- Meyakinkan
kepada anak-anak bahnwa teman-teman mereka adalah teman yang baik.
- Memberikan
perhatian kemampuan anak di bidang olahraga dan menyibukkan mereka dengan
berbagai aktivitas.
- Tanamkan
etika memelihara diri dari perbuatan-perbuatan maksiat karena itu merupakan
sesuata yang paling berharga.
- Membangun
sikap saling percaya antara orang tua dan anak